Jumat, 11 Desember 2015

Urusan Kebusukan, Tanyakan Pada Diri


Menghujat, menghina...
Caci maki, tebar aib, tebar fitnah...
Semuanya begitu akrab bagai jari jemari kita. Bilamana salah satunya beraktivitas, maka yang lainnya secara tidak sengaja mengiringi dengan penuh laknat.

Kebencian pun muncul sebagai pelengkap, bahkan kesombongan menjadi bagian untuk menurunkan martabat, hingga orang lain menjadi bangkai yang layak untuk disantap.

Sudahlah, jangan terlalu menertawakan orang lain karena kehinaannya. Karena belum tentu kita mulia. Janganlah juga terlalu peduli dengan bangkai orang lain, karena belum tentu bangkai kita lebih sedap daripada mereka.

Rajin-rajinlah introspeksi diri jika kecongkakan menyelimuti. Lebih baik Cerdaskan pikiran untuk hari-hari yang terlewatkan dengan taubat dalam penyesalan.

Satu detik dalam sibukmu, apakah dalam amal ataukah dalam kelalaian. Waktu terus mengintai seperti hunus yang siap menusukmu menuju kematian jasmani dan ruhani.

Tamatlah kesibukan kehidupan untuk orang lain, sementara beban dosa pada diri dibawa menghadap Ilahi. Untuk itu, marilah kita urus kebusukan diri dengan terus-menerus bertanya, sudah muliakah diri???

10/12/2015


Baca selengkapnya

Minggu, 11 Oktober 2015

Para Pendosa yang Mulia


Banyak diantara kita yang terkadang merasa 'ujub dengan ibadah yang kita lakukan. Karena rajin ke masjid misalnya, kita dengan bangga memvonis seorang teman "kafir" karena tidak mengikuti jejak langkah kita ke tempat ibadah. Bahkan, sering kali kita malas bergaul, apalagi jalan beriringan dengan saudara kita yang dalam tanda kutip sedikit ibadahnya.

Begitu hebatnya kita dalam keyakinan, padahal Tuhan sedang menguji ketulusan ibadah kita. Memang, ibadah yang rajin sangat ditekankan. Namun, jangan sampai ibadah yang kita lakukan sia-sia karena sombong dan ketakaburan kita.

Alkisah, pada suatu hari ada seorang khali' atau ahli maksiat tengah berjalan di suatu tempat, kemudian ia melihat seorang 'abid atau ahli ibadah dari kaum Bani Israil. si khali' tadi tiba-tiba menghampiri si 'abid seraya bergumam, "Bolehkah aku duduk di dekatmu, Wahai Ahli Ibadah? semoga dengan saya duduk di dekatmu Tuhan akan merahmatiku!" Kemudian si 'Abid pun menjawab, "Aku ahli ibadahnya kaum Bani Israil, sementara kamu adalah ahlinya maksiat, jadi aku tidak layak dudukmu!" ungkapnya seraya menendang kursi tempat si Khali' duduk.

Kemudian Tuhan berfirman kepada Nabinya kaum Bani Israil, "Perintahkanlah kepada kedua orang itu, Si Khali' dan si 'Abid supaya beribadah sungguh-sungguh kepadaku. Hari ini juga aku telah mengampuni dosa-dosa si Khali' dan menghapus semua amal ibadah si 'Abid karena kesombongannya."

Kisah di atas saya kutip dari beberapa referensi dengan pengembangan saya sendiri untuk lebih memudahkan memahami maknanya, dapat kita tarik kesimpulan bahwa betapa meruginya seorang ahli ibadah yang dengan kesombongannya, Tuhan pun murka kepadanya.

Oleh karena itu, marilah kita perbaiki diri supaya jangan sampai dengan ibadah yang kita kerjakan menjadi sia-sia karena sikap dan perbuatan kita kepada sesama. Kepada para ahli maksiat, marilah kita berbenah bersama untuk segera bertaubat dengan sungguh-sungguh, karena rahmat Tuhan pasti akan tercurah selama jiwa-jiwa kita merasa takut akan siksa-siksa-Nya. Semoga bermanfaat!

(10/10/2015)
Baca selengkapnya